Power, Welfare, and Democracy

Kolaborasi Proyek Penelitian antara Universitas Gadjah Mada dan Universitas Oslo

Ikhtisar Proyek

Gambaran umum PWD, latar belakang dan tujuan proyek.

Pusat Data

Kompilasi data dan dokumentasi studi hasil penyelidikan PWD.

Fellowship

Proyek dukungan untuk memberdayakan peneliti guna melanjutkan studi pada ruang lingkup penelitian tematik PWD.

Berita Terkini

Asumsi yang mendasari buku ini adalah bahwa demokratisasi Indonesia pada kenyataannya hanyalah sebuah proses panjang liberalisasi politik (hlm. ix). Sebagai proyek anti-otoritarianisme, dulu gerakan-gerakan demokratisasi punya tujuan tunggal, yakni menumbangkan rezim korup dan otoriter Orde Baru di bawah penguasa-nyaris-mutlak Soeharto. Setelah Soeharto jatuh, proyek demokratisasi berhasil membangun demokrasi elektoral dalam format negara liberal. Tapi rezim pasca Orde Baru mengalami dua kali pembajakan. Pertama oleh kalangan oposisi elitis yang kompromis – kaum elite yang kemudian membangun partai-partai untuk meraih kekuasaan mereka sendiri. Pembajakan elite ini menyebabkan kondisi untuk transisi ideal tidak pernah muncul.
JAKARTA, KOMPAS — Pasca pemerintahan Soeharto, Indonesia membutuhkan isu besar pemersatu bangsa yang bersifat positif. Salah satu persoalan yang bisa menjadi isu dan diperjuangkan bersama adalah kesejahteraan rakyat. Salah satu hasil penelitian Departemen Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada saat dipresentasikan di Redaksi Harian Kompas, Jakarta, Rabu (1/6). Penelitian ini dilakukan di 24 provinsi dengan tema besar demokrasi sebagai kontrol rakyat terhadap isu publik.
Lima belas tahun setelah Orde Baru Soeharto, apa saja upaya untuk menciptakan tatanan demokrasi? Menurut para ilmuwan politik arus utama, demokrasi setara dengan institusi untuk kebebasan dan pemilihan yang adil, Indonesia adalah sebuah kisah sukses dan bahwa demokrasi liberal sedang berevolusi.

Publikasi Terkini

Luky Djani & Olle Törnquist (2017), Dilemmas of Populist Transactionalism (Yogyakarta: PolGov) [Diterbitkan dalam bahasa Inggris] Mengapa Indonesia di akhir 2016 tiba-tiba menjadi begitu jauh dari "Model Solo"Jokowi dalam menegosiasikan kontrak sosial yang bahkan menghasilkan presiden mendukung perubahan? Mengapa dinamika Jakarta mengingatkan pada fenomena terpilihnya Donald Trump dan kemampuan politisi populis sayap kanan di Eropa yang meraih dukungan besar tidak saja dari kaum ekstrimis dan rasis tetapi juga dari kelas pekerja yang diabaikan? Jika ada, bagaimana masa depan politik populer?
Pada bulan Oktober, Joko Widodo atau “Jokowi, yang” mengkampanyekan platform pro-demokrasi populis, terpilih menjadi presiden baru Indonesia setelah kampanye pemilihan yang pahit melawan oligarki Prabowo Subianto, mantan perwira militer yang didukung oleh elemen-elemen rejim Soeharto.

Aktivitas

PWD Logo

Kolaborasi dari:

UGM Logo UiO Logo

Didukung oleh:

NMFA Logo