Publikasi

Luky Djani & Olle Törnquist (2017), Dilemmas of Populist Transactionalism (Yogyakarta: PolGov) [Diterbitkan dalam bahasa Inggris] Mengapa Indonesia di akhir 2016 tiba-tiba menjadi begitu jauh dari "Model Solo"Jokowi dalam menegosiasikan kontrak sosial yang bahkan menghasilkan presiden mendukung perubahan? Mengapa dinamika Jakarta mengingatkan pada fenomena terpilihnya Donald Trump dan kemampuan politisi populis sayap kanan di Eropa yang meraih dukungan besar tidak saja dari kaum ekstrimis dan rasis tetapi juga dari kelas pekerja yang diabaikan? Jika ada, bagaimana masa depan politik populer?
Pada bulan Oktober, Joko Widodo atau “Jokowi, yang” mengkampanyekan platform pro-demokrasi populis, terpilih menjadi presiden baru Indonesia setelah kampanye pemilihan yang pahit melawan oligarki Prabowo Subianto, mantan perwira militer yang didukung oleh elemen-elemen rejim Soeharto.
Buku ini berisi perspektif, pengalaman dan refleksi dari 800 aktivis yang telah bekerja di 14 isu demokratisasi berbeda. Mereka berasal dari 32 provinsi di Indonesia dan menghabiskan waktu satu sampai dua hari untuk menjawab 333 pertanyaan seputar masalah dan peluang dan demokratisasi.