Penulis: Olle Törnquist
Pada bulan Oktober, Joko Widodo atau “Jokowi, yang” mengkampanyekan platform pro-demokrasi populis, terpilih menjadi presiden baru Indonesia setelah kampanye pemilihan yang pahit melawan oligarki Prabowo Subianto, mantan perwira militer yang didukung oleh elemen-elemen rejim Soeharto. Kemenangan Jokowi mengilustrasikan baik pencapaian riil maupun batas-batas yang mendalam di demokrasi Indonesia. Untungnya, hal itu juga menyoroti kemungkinan-kemungkinan untuk reformasi yang substantif.
Unduh artikel untuk bacaan lebih lanjut.
Publikasi awal di: Economic and Political Weekly (publikasi di Mumbai), jurnal akademis terkemuka di Asia Selatan. (Economic & Political Weekly - EPW Vol 49, No 50, December 13, 2014).